Nur Hidayat
Kentang telah menjadi sumber karbohidrat yang juga mengandung protein 4,6% yang penting di dunia, bahkan di Indonesia, kentang bukan hanya sebagai sumber karbohidrat tetapi juga sering sebagai lauk pauk ataupun cemilan sehingga dibuatlah produk seperti kentang goreng, kripik kentang, sambel goreng kentang, perkedel dan sebagainya.
Selain sebagai sumber karbohidrat kentang juga mengandung senyawa yang berpotensi sebagai toksin yang disebut dengan solanin. Solanin ini terdapat pada semua bagian kentang terutama pada jaringan hijau pada kentang. Senyawa ini merupakan glikoalkaloid yaitu alfa-chaconin dan sejumlah kecil alfa solanin. Konsentrasi alkaloid ini biasanya kurang dari 0,04% (di bawah 10 mg per 100 g berat segar). Pengupasan dan pemotongan dapat meningkatkan jumlah alkaloid ini sehingga mencapai 15 mg/100g dan sinar dapat meningkatkan menjadi 30 – 76 mg/100g. kulit kentang mengandung 100 mg/100 g glikoalkaloid. Infeksi jamur Phytophthora infestans dapat meningkatkan kandungan glikoalalloid menjadi 3 hingga 4 kali lipat.
Glikoalkaloid tidak rusak oleh pemasakan baik direbus, digoreng ataupun dibikin keripik. Selama ini dalam studi farmakologi glikoprotein ini aman bagi manusia kecuali pada konsumsi yang berlebihan. Pengukuran konsumsi bukan pada berapa banyak glikoalkaloid yang dikonsumsi tetapi dikaitkan dengan berat badan konsumen. Beberapa relawan menunjukkan gejala keracunan pada tingkat konsumsi 0,3 – 0,7 mg/kg berat badan, pada kadar 1,25 mg ada yg menimbulkan muntah-muntah gejala seperti suhu badan naik, pusing, radang dapat terjadi setelah 8- 12 jam. Jadi pada dasarnya kentang aman dikonsumsi selama tidak berlebihan. Agama juga mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam segala sesuatu