Prof Mochammad Adna (UGM) Meninggal Dunia

INNALILAHI WA INNA ILLAIHI ROJI’UN
Telah meninggal dunia Prof. Dr. Ir. Mochamad Adnan, M.Sc, Mantan Rektor UGM, 30 November 2013 pukul 18.18 di RS JIH Yogyakarta.
Rumah duka di Pandega
Widya, No.1, Jl. Kaliurang, Km 5,6.
rof. Dr. Ir. Mochamad Adnan MSc. memperoleh gelar sarjana dari Fak Pertanian UGM bidang Teknologi Pertanian pada tahun 1961. Pada tahun 1963 mengikuti training Teknologi Pengolahan Susu di University of California Davis USA selama satu tahun. Pada tahun 1971 memperoleh gelar MSc dari Univ yang sama. Pada tahun yang sama mengikuti training administrasi dan management universitas di University of Wiscounsin, Madison USA. Gelar Ph.D diperoleh dari University of Illinois, Urbana Campaign, USA.

Prof Adnan menjabat sebagai Dekan FTP pada tahun 1971-1975, Dekan Fak Pascasarjana pada tahun 1982-1988, dan Rektor Universitas Gadjah Mada pada tahun 1990-1994. Tercatat pula sebagi anggota MPR dari tahun 1993-1998.
Kita semua kehilangan salah satu pionir Ilmu & Teknologi Pangan di Indonesia. Semoga almarhum diampuni segala khilaf dan dilipatgandakan pahala kebaikannya. Semoga kita smua dapat mengambil teladannya.

workshop Penelaahan buku ajar Universitas Terbuka

mulai hari ini hingga sabtu, saya mendapat tugas untuk menjadi penelaah buku ajar di Universitas Terbuka jakarta.
saat pembukaan yang hadir penulis 4 orang penelaah 8 orang lainnya belum hadir dari 35 yang diundang.
acara dibuka oleh dekan FMIPA Dr.Ir. Sr Harijati. Penjelasan oleh Pembantu Dekan I Drh.Ida Malati, M.Ed.
semoga melalui acara ini mampu meningkatkan kepekaan diri untuk menulis dan menelaah suatu naskah buku ajar.

Bagi Universitas Terbuka buku ajar merupakan hal yang penting karena merupakan satu-satunya pegangan bagi mahasiswa sehingga diperlukan tulisan yang bagus dan mudah dimengerti.

sebagai penelah harus membaca dengan cermat agar kualitas dan penyajian materi dapat tersaji dengan baik.

 

Ekstraksi

Secara tradisional teknis ekstraksi solven mendasarkan pada macam solven yang digunakan dan suhu atau agitasi untuk meningkatkan kelarutan senyawa yang diekstrak. Biasanya teknik tradisional membutuhkan waktu ektraksi yang cukup lama sehingga memungkinkan terjadinya degradasi senyawa yang diharapkan.

Ekstraksi merupakan upaya untuk memisahkan produk yang diharapkan dengan bahan pengotor. Ekstraksi merupakan tahap awal dari purifikasi. Salah satu contoh produk yang dapat diperoleh melalui ekstraksi adalah polimer yang dihasilkan oleh bakteri Gram negative. Polimer ekstraseluler pada bakteri umunya kaya akan monosakarida seperti D-glukosa, D-galaktosa dan D-manosa. Contoh bakteri yang memiliki lender dan polimer kapular ekstraselular adalah Klebsiella aerogenes (Aerobacter aerogenes). Polisakarida yang dihasilkan mengandung glukosa 50 %, asam uronat 29 %, fukosa 10 % dan galaktosa 1 %. Banyak metode ekstraksi yang telah diteliti untuk ekstraksi polimer. Sebelum proses ekstraksi umumnya dilakukan separasi untuk memisahkan kotoran limbah yang cukup besar. Daam laboratorium dilakukan dengan sentrifugasi kecepatan rendah 2.000 x g. Supernatan yang diperoleh dapat dilakukan ekstraksi menggunakan beberapa metode di atas. Beberapa metode ekstraksi diantaranya adalah:

  1. Ammonium hydroxide extraction

Cara ini dapat digunakan untuk produksi biofuel dari tongkol jagung terutama pada penyiapan bahan baku. Amonium hidroksida ditambahkan pada hidrolisat sampai pH mencapai 8,5. Suhu ditingkatkan hingga 300C selama proses. Setelah 30 menit, larutan disaring dengan polyethersulfone 0,22 mm. pH kemudian diatur agar larutan siap difermentasi (pH 5,7) dengan asam sulfat 10 N. larutan kemudian larutan disaring kembali untuk siap digunakan.

  1. Sodium hydroxide extraction

Sampel sebelumnya disentrifugasi pada 2.000Xg selama 20 menit, kemudian supernatant yang diperoleh ditambah NaOH 2M. Sampel kemudian diaduk dengan kuat pada 200C selama 5 jam, setelah itu diencerkan dengan air ledeng untuk mengembalikan ke volume semula. Sampel kemudian disentrifugasi pada 2.000 x g untuk memisahkan sel.

  1. Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) extraction

Ekstraksi EDTA dilakukan dengan menambahkan EDTA 2 % pada sampel dan dibiarkan selama 3 jam pada 40C. sampel kemudian disentrifugasi pada 14.000xg selama 20 menit pada 40C.

  1. Sulfuric acid extraction
  2. Trichloroacetic acid extraction
  3. Boiling benzene extraction
  4. Ultrasonification

Sampel hasil separasi diultrasonikasi selama 10 menit dengan voltage dikurangi sampai 120 V yang memberikan output 18 W. Langkah selanjutnaya untuk memisahkan sel dilakukan dengan sentrifugasi 2.000xg.

  1. Blending
  2. High-speed centrifugation

Sampel hasil separasi disentrifugasi pada kecepatan tinggi (33.000xg) selama 10 menit pada suhu 40C. Pelet yang diperoleh diresuspensikan kembali untuk meningkatkan daaya sentrifugal sel atau flok, dan disentrifugasi kembali pada 33.000xg selama 10 menit.

  1. Extraction by boiling atau autoclaving

Sampel di autoclave selama 10 menit kemudian disentrifugasi (masih dalam keadaan panas) pada 8.000xg selama 10 menit. Selama sentrifugasi suhu diturunkan hingga 150C.

Selain penggunaan solven, kini para peneliti mulai mencari metode-metode baru untuk ekstraksi agar kualitas produk yang diharapkan dapat diperoleh dengan baik. Beberapa contoh cara yang kemudian dikembangkan adalah reflux dan sonikasi. Pengaruh mekanik dari ultrasonic akan menginduksi penetrasi solven ke sel lebih baik, memfasilitasi pelepasan isi sel dan memperbaiki transfer massa