Secara tradisional teknis ekstraksi solven mendasarkan pada macam solven yang digunakan dan suhu atau agitasi untuk meningkatkan kelarutan senyawa yang diekstrak. Biasanya teknik tradisional membutuhkan waktu ektraksi yang cukup lama sehingga memungkinkan terjadinya degradasi senyawa yang diharapkan.
Ekstraksi merupakan upaya untuk memisahkan produk yang diharapkan dengan bahan pengotor. Ekstraksi merupakan tahap awal dari purifikasi. Salah satu contoh produk yang dapat diperoleh melalui ekstraksi adalah polimer yang dihasilkan oleh bakteri Gram negative. Polimer ekstraseluler pada bakteri umunya kaya akan monosakarida seperti D-glukosa, D-galaktosa dan D-manosa. Contoh bakteri yang memiliki lender dan polimer kapular ekstraselular adalah Klebsiella aerogenes (Aerobacter aerogenes). Polisakarida yang dihasilkan mengandung glukosa 50 %, asam uronat 29 %, fukosa 10 % dan galaktosa 1 %. Banyak metode ekstraksi yang telah diteliti untuk ekstraksi polimer. Sebelum proses ekstraksi umumnya dilakukan separasi untuk memisahkan kotoran limbah yang cukup besar. Daam laboratorium dilakukan dengan sentrifugasi kecepatan rendah 2.000 x g. Supernatan yang diperoleh dapat dilakukan ekstraksi menggunakan beberapa metode di atas. Beberapa metode ekstraksi diantaranya adalah:
- Ammonium hydroxide extraction
Cara ini dapat digunakan untuk produksi biofuel dari tongkol jagung terutama pada penyiapan bahan baku. Amonium hidroksida ditambahkan pada hidrolisat sampai pH mencapai 8,5. Suhu ditingkatkan hingga 300C selama proses. Setelah 30 menit, larutan disaring dengan polyethersulfone 0,22 mm. pH kemudian diatur agar larutan siap difermentasi (pH 5,7) dengan asam sulfat 10 N. larutan kemudian larutan disaring kembali untuk siap digunakan.
- Sodium hydroxide extraction
Sampel sebelumnya disentrifugasi pada 2.000Xg selama 20 menit, kemudian supernatant yang diperoleh ditambah NaOH 2M. Sampel kemudian diaduk dengan kuat pada 200C selama 5 jam, setelah itu diencerkan dengan air ledeng untuk mengembalikan ke volume semula. Sampel kemudian disentrifugasi pada 2.000 x g untuk memisahkan sel.
- Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) extraction
Ekstraksi EDTA dilakukan dengan menambahkan EDTA 2 % pada sampel dan dibiarkan selama 3 jam pada 40C. sampel kemudian disentrifugasi pada 14.000xg selama 20 menit pada 40C.
- Sulfuric acid extraction
- Trichloroacetic acid extraction
- Boiling benzene extraction
- Ultrasonification
Sampel hasil separasi diultrasonikasi selama 10 menit dengan voltage dikurangi sampai 120 V yang memberikan output 18 W. Langkah selanjutnaya untuk memisahkan sel dilakukan dengan sentrifugasi 2.000xg.
- Blending
- High-speed centrifugation
Sampel hasil separasi disentrifugasi pada kecepatan tinggi (33.000xg) selama 10 menit pada suhu 40C. Pelet yang diperoleh diresuspensikan kembali untuk meningkatkan daaya sentrifugal sel atau flok, dan disentrifugasi kembali pada 33.000xg selama 10 menit.
- Extraction by boiling atau autoclaving
Sampel di autoclave selama 10 menit kemudian disentrifugasi (masih dalam keadaan panas) pada 8.000xg selama 10 menit. Selama sentrifugasi suhu diturunkan hingga 150C.
Selain penggunaan solven, kini para peneliti mulai mencari metode-metode baru untuk ekstraksi agar kualitas produk yang diharapkan dapat diperoleh dengan baik. Beberapa contoh cara yang kemudian dikembangkan adalah reflux dan sonikasi. Pengaruh mekanik dari ultrasonic akan menginduksi penetrasi solven ke sel lebih baik, memfasilitasi pelepasan isi sel dan memperbaiki transfer massa