Pada uji drop-collpse, setetes suspensi sel ditempatkan pada permukaan yang dilapisi minyak. Tetesan yang mengandung Biosurfaktan akan hancur, sedangkan tetesan non-surfaktan tetap stabil. Dalam studi ini, biosurfaktan rhamnolipid yang diproduksi oleh Pseudomonas aeruginosa digunakan sebagai surfaktan anionik. Deterjen pencuci tangan cair krim (mengandung natrium sulfat lauroyl), SDS (sodium dodecyl sulfat) yang diencerkan digunakan sebagai suspense dan air suling digunakan sebagai kontrol suspensi.
Dua jenis minyak lapisan diuji dengan metode drop-collapse. Minyak ini adalah minyak mineral dan minyak kedelai. Pelat microwell polistiren (12 – 8 cm) dan digunakan jarum suntik kaca 10 mikroL (Hamilton mikroL syringe 701-N 80.300). Lempeng itu berisi sumuran dengan diameter 8mm dan kedalaman 0,30 mm.
Setiap sumuran dilapisi dengan minyak mineral 7 mikroliter dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu, 20 mikroliter supernatan, dan 20 mikroliter setiap larutan kontrol ditambahkan ke setiap sumuran dengan jarum suntik dengan sudut 45 C. Setelah 1 menit, tetesan diperiksa secara visual. Jarum suntik itu dibilas tiga kali dengan air suling, tiga kali dengan alkohol dan tiga kali dengan eter antara setiap pengukuran. Semua percobaan diulang tiga kali
Pustaka:
Tugur, T and E. Cansunar. 2005. Detecting surfactant-producing microorganisms by the drop-collapse test. World Journal of Microbiology & Biotechnology 21: 851 – 853.